Archive for October, 2016

BUKAN MAHASISWA (DIBAWAH) RATA – RATA

Thursday, October 6th, 2016

Kalimat di atas merupakan sebuah topik sekaligus judul yang diangkat oleh panitia UGM Expo untuk sebuah seminar pada hari Jum’at 23 September 2016 di Grha Sabha Pramana. Seminar yang dibawakan oleh 5 pembicara yang notabene merupakan “mahasiswa hebat” di masanya bertujuan untuk memotivasi mahasiswa yang “memiliki nilai rata-rata” agar mau dan mampu “meningkatkan nilainya jadi diatas rata – rata.” Lima pembicara yang diusung oleh panitia UGM Expo yaitu Bapak Wikan Sakaripto, Ph.D yang kini menjabat sebagai Dekan Sekolah Vokasi UGM, selanjutnya ada pengusaha muda Rehan Abdullah Salam sebagai owner Chockless, Bapak Atus Syahbudin Ph.D yang merupakan seorang Dosen di Fakultas Kehutanan UGM sekaligus seorang reviewer beasiswa luar negeri (LPDP), Yusuf Fajar Pratama seorang mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 2012 yang memiliki segudang prestasi di cabang olahraga silat, dan yang terakhir Moh. Ali Zainal Abidin sebagai Ketua BEM KM UGM.

Di 15 menit pertama menjadi milik Bapak Wikan Sakaripto, Ph.D yang akrab disapa Pak Wikan. Pak Wikan membuka sesinya dengan melontarkan kesannya terhadap mahasiswa kehutanan dan melabeli mahasiswa kehutanan dengan “JJJ” alias “Junior – Juniornya Jokowi”. Pak Wikan mengatakan mahasiswa di era ini memerlukan critical thinking dan logic diatas rata – rata. Gemar membaca menjadi salah satu kunci untuk mengasah critical thinking dan logic. Di samping itu, mahasiswa tidak bisa hanya berbekal IPK saja, akan tetapi mahasiswa juga harus memiliki softskill yang tidak biasa saja untuk menghadapi dunia kerja. Di samping itu, di era perubahan ini mahasiswa harus memiliki setidaknya beberapa nilai yaitu thinking, komunikasi, inovasi, kreatifitas, teamwork serta literation. Pak Wikan juga memotivasi mahasiswa untuk berwirausaha. Satu hal yang ditekankan oleh Pak Wikan yaitu INOVASI.

Lima belas menit  kedua menjadi milik pengusaha muda Rehan Abdullah Salam yang akrab disapa Mas Rehan. Mengawali sesinya dengan sikap pesimistis terhadap jurusannya di dunia kerja, lulusan Fakultas Teknologi Pertanian ini lebih banyak menceritakan jatuh bangunnya di dunia usaha kuliner. Tidak berbeda jauh dengan Pak Wikan, pemilik usaha minuman coklat “Chockless” ini juga menekankan perlunya INOVASI di masa kini.

Mengawali perjalanannya dengan membuka cafe, Mas Rehan seperti tak bosan – bosan mengalami keterpurukan serta kegagalan. Tak kenal lelah dan pantang menyerah, Mas Rehan terus mencoba, menutup satu cafe lalu membuka cafe lainnya hinnga berakhir dengan sengketa tanah di mana cafenya berdiri. Terinspirasi dari gerobak kecil di tengah – tengah puing puing cafenya yang luluh lantak karena di gusur serta hasil dari penelitian semasa kuliahnya, terinisiasilah minuman coklat yang dipadukan dengan palm sugar yang senantiasa menanti pelanggannya di sekitar UNY. Satu, dua orang menghampiri dan menikmati minuman coklatnya hingga suatu hari gerobak Mas Rehan ini dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan karena membludaknya pelanggan minuman coklat ini. Berawal dari “diusirnya” gerobak kecilnya, Mas Rehan mengumpulkan keberanian dan merelakan uang tabungannya untuk menyediakan sebuah tempat dan bangunan untuk Chockless. Berawal dari Pogung, kini Chockless berhasil membuka cabang yang jumlahnya justru membuat Mas Rehan bingung (saking banyaknya). Di akhir sesinya, sekali lagi Mas Rehan menekankan bahwasannya mahasiswa harus mampu berinovasi dan tidak melakukan plagiarisme. Selain itu mahasiswa juga harus berani bermimpi dan menulis mimpinya. Mas Rehan menutup sesinya dengan pepatah “Malu Jadi Benalu, Malu Karena Minta Melulu.”

Satu per empat jam berikutnya menjadi milik Bapak Atus Syahbudin Ph.D yang akrab disapa Pak Atus. Dosen dari Fakultas Kehutanan sekaligus seorang reviewer beasiswa luar negeri mengawali sesinya dengan bercerita tentang pengalaman semasa menjadi mahasiswa. Tidak serta merta menjadi reviewer, Pak Atus bisa dibilang merupakan salah satu “penggila” dan “penikmat” beasiswa dimasanya. Pak Atus sendiri menceritakan bahwasannya beliau tidak lahir dari keluarga kaya raya. Di awal masa kuliahnya Pak Atus harus rela bangun pagi dan berjualan koran sebelum menjalani perkuliahan. Tak hanya berjualan koran, Pak Atus juga memiliki perkerjaan sampingan di sebuah usaha pengelolaan madu. Bukan tanpa rasa malu Pak Atus menjalani awal perkuliahannya, akan tetapi Pak Atus mampu menyikapi hal – hal tersebut dengan positif. Pekerjaan sampingan tidak membuat Pak Atus kehabisan waktu untuk perkuliahannya. Sebaliknya Pak Atus justru termotivasi untuk berprestasi.

Mahasiswa bisa mendapat banyak uang tanpa harus bekerja dan berwirausaha, namun lewat beasiswa. Bicara soal beasiswa, tak bisa dipungkiri bahwasannya IPK menjadi salah satu syarat penting untuk mendapat beasiswa. “Semakin tinggi standar IPK yang disyaratkan, semakin tinggi pula nilai nominal dari beasiswa” ungkap Pak Atus. Dengan modal awal berupa prestasi yang terwujud dalam IPK yang tinggi, Pak Atus mulai menjelajahi jagad beasiswa. Tidak cukup satu beasiswa saja, Pak Atus selalu tertantang untuk mendapat tingkatan beasiswa yang lebih besar dari yang beliau dapatkan sebelumnya. Selain IPK, rekam jejak seorang mahasiswa juga menjadi pertimbangan penting untuk mendapat beasiswa. Seperti halnya IPK, semakin banyak dan tinggi tingkatan rekam jejak, semakin besar pula kesempatan untuk mendapat beasiswa. Berbicara soal beasiswa luar negeri, kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris sangatlah penting.

Tak hanya uang dan pendidikan yang bisa kita dapatkan dari beasiswa luar negeri. Sudah barang tentu beasiswa luar negeri memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar negeri sendiri, akan tetapi masih ada keuntungan lain dari mendapat beasiswa antara lain networking yang tidak hanya bersifat nasional, tetapi bersifat internasional. Networking yang bersifat internasional ini membuat kita kaya akan bahasa dan budaya, tak hanya bahasa dan budaya dari Ibu Pertiwi saja. Sebagai penutup, Pak Atus berpesan kepada para mahasiswa untuk memperkaya rekam jejak menurut kesenangan masing – masing. Tak sekedar memperkaya rekam jejak, Pak Atus juga berpesan untuk membuat rekam jejak terbaik bagi para mahasiswa. Untuk mencari uang, bekerja dan berwirausaha bukan jalan satu – satunya bagi para mahasiswa. Dengan bermodal prestasi baik akademik maupun non akademik dalam bentuk rekam jejak dan softskill, mahasiswa bisa mendapat uang dari beasiswa.

Keterbatasan waktu dan adanya tanggung jawab menjadi co-ass praktikum Dasar – Dasar Perlindungan dan Kesehatan Hutan membuat saya tidak bisa mengikuti seminar ini sampai selesai. Dari ketiga sesi yang saya ikuti, saya menyimpulkan bahwa untuk menjadi mahasiswa “diatas rata – rata” kita harus terus berinovasi serta mengasah pola berpikir dan softskill dengan membuat rekam jejak yang “luar biasa”. Selain itu jangan pernah merasa puas dengan pestasi yang ada, bukan berarti kita tidak mensyukuri, akan tetapi kita harus mewujudkan rasa bersyukur kita dengan terus meningkatkan prestasi.

PERBEDAAN DAUN MAJEMUK DAN DAUN BERKARANG

Thursday, October 6th, 2016

Tugas Fitogeografi

dosen: Bapak Atus Syahbudin


DAUN MAJEMUK

Daun majemuk atau sering disebut dengan Folium Compositum memiliki tangkai bercabang-cabang. Pada cabang tangkai inilah helaian daun menempel. Pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Contoh tumbuhan berdaun majemuk adalah Falcataria moluccana.

dsc06051-08

gambar daun Falcataria moluccana.(sumber: google)

DAUN BERKARANG

Daun Berkarang atau sering disebut Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum memiliki lebih dari dua helai daun pada tiap buku-buku batangnya. Contoh tumbuhan dengan daun berkarang adalah Alstonia scholaris., Allamanda cathartica, Nerium oleander.

alstonia-scholaris

gambar daun Alstonia scholaris. (sumber: google)

 

 

PERBEDAAN DAUN BERGIGI DAN BERGERIGI

Thursday, October 6th, 2016

Tugas Fitogeografi

dosen: Bapak Atus Syahbudin


Daun bergigi (dentatus)

Daun bergigi atau bisa disebut dengan dentatus merupakan daun dengan tepi menyerupai sinus yang tumpul tetapi angulus-nya lancip. Angulus merupakan puncak dari tepian daun, sedangkan sinus merupakan bagian lembahan pada daun. Contoh tumbuhan yang memiliki daun dengan tepi daun bergigi adalah Pluchea indica Less.

dsc00327-09

gambar daun Pluchea indica Less. (sumber:google)

Daun Bergerigi (serratus)

Daun bergerigi atau bisa disebut dengan serratus merupakan daun yang memiliki bentuk baik sinus ataupun angulus-nya sama-sama lancip. Oleh karena itu, pada daun bergerigi bentuk tepian daun serta keruncingannya terlihat seragam. Menurut besar kecilnya sinus dan angulus-nya daun bergerigi dapat dibagi menjadi daun bergerigi kasar dan daun bergerigi halus. Contoh tumbuhan yang memiliki daun dengan tepi daun bergerigi adalah Lantana camara L.

lantana-camara

Gambar daun Lantana camara L. (sumber: google)