Archive for the ‘Uncategorized’ Category

BUKAN MAHASISWA (DIBAWAH) RATA – RATA

Thursday, October 6th, 2016

Kalimat di atas merupakan sebuah topik sekaligus judul yang diangkat oleh panitia UGM Expo untuk sebuah seminar pada hari Jum’at 23 September 2016 di Grha Sabha Pramana. Seminar yang dibawakan oleh 5 pembicara yang notabene merupakan “mahasiswa hebat” di masanya bertujuan untuk memotivasi mahasiswa yang “memiliki nilai rata-rata” agar mau dan mampu “meningkatkan nilainya jadi diatas rata – rata.” Lima pembicara yang diusung oleh panitia UGM Expo yaitu Bapak Wikan Sakaripto, Ph.D yang kini menjabat sebagai Dekan Sekolah Vokasi UGM, selanjutnya ada pengusaha muda Rehan Abdullah Salam sebagai owner Chockless, Bapak Atus Syahbudin Ph.D yang merupakan seorang Dosen di Fakultas Kehutanan UGM sekaligus seorang reviewer beasiswa luar negeri (LPDP), Yusuf Fajar Pratama seorang mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 2012 yang memiliki segudang prestasi di cabang olahraga silat, dan yang terakhir Moh. Ali Zainal Abidin sebagai Ketua BEM KM UGM.

Di 15 menit pertama menjadi milik Bapak Wikan Sakaripto, Ph.D yang akrab disapa Pak Wikan. Pak Wikan membuka sesinya dengan melontarkan kesannya terhadap mahasiswa kehutanan dan melabeli mahasiswa kehutanan dengan “JJJ” alias “Junior – Juniornya Jokowi”. Pak Wikan mengatakan mahasiswa di era ini memerlukan critical thinking dan logic diatas rata – rata. Gemar membaca menjadi salah satu kunci untuk mengasah critical thinking dan logic. Di samping itu, mahasiswa tidak bisa hanya berbekal IPK saja, akan tetapi mahasiswa juga harus memiliki softskill yang tidak biasa saja untuk menghadapi dunia kerja. Di samping itu, di era perubahan ini mahasiswa harus memiliki setidaknya beberapa nilai yaitu thinking, komunikasi, inovasi, kreatifitas, teamwork serta literation. Pak Wikan juga memotivasi mahasiswa untuk berwirausaha. Satu hal yang ditekankan oleh Pak Wikan yaitu INOVASI.

Lima belas menit  kedua menjadi milik pengusaha muda Rehan Abdullah Salam yang akrab disapa Mas Rehan. Mengawali sesinya dengan sikap pesimistis terhadap jurusannya di dunia kerja, lulusan Fakultas Teknologi Pertanian ini lebih banyak menceritakan jatuh bangunnya di dunia usaha kuliner. Tidak berbeda jauh dengan Pak Wikan, pemilik usaha minuman coklat “Chockless” ini juga menekankan perlunya INOVASI di masa kini.

Mengawali perjalanannya dengan membuka cafe, Mas Rehan seperti tak bosan – bosan mengalami keterpurukan serta kegagalan. Tak kenal lelah dan pantang menyerah, Mas Rehan terus mencoba, menutup satu cafe lalu membuka cafe lainnya hinnga berakhir dengan sengketa tanah di mana cafenya berdiri. Terinspirasi dari gerobak kecil di tengah – tengah puing puing cafenya yang luluh lantak karena di gusur serta hasil dari penelitian semasa kuliahnya, terinisiasilah minuman coklat yang dipadukan dengan palm sugar yang senantiasa menanti pelanggannya di sekitar UNY. Satu, dua orang menghampiri dan menikmati minuman coklatnya hingga suatu hari gerobak Mas Rehan ini dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan karena membludaknya pelanggan minuman coklat ini. Berawal dari “diusirnya” gerobak kecilnya, Mas Rehan mengumpulkan keberanian dan merelakan uang tabungannya untuk menyediakan sebuah tempat dan bangunan untuk Chockless. Berawal dari Pogung, kini Chockless berhasil membuka cabang yang jumlahnya justru membuat Mas Rehan bingung (saking banyaknya). Di akhir sesinya, sekali lagi Mas Rehan menekankan bahwasannya mahasiswa harus mampu berinovasi dan tidak melakukan plagiarisme. Selain itu mahasiswa juga harus berani bermimpi dan menulis mimpinya. Mas Rehan menutup sesinya dengan pepatah “Malu Jadi Benalu, Malu Karena Minta Melulu.”

Satu per empat jam berikutnya menjadi milik Bapak Atus Syahbudin Ph.D yang akrab disapa Pak Atus. Dosen dari Fakultas Kehutanan sekaligus seorang reviewer beasiswa luar negeri mengawali sesinya dengan bercerita tentang pengalaman semasa menjadi mahasiswa. Tidak serta merta menjadi reviewer, Pak Atus bisa dibilang merupakan salah satu “penggila” dan “penikmat” beasiswa dimasanya. Pak Atus sendiri menceritakan bahwasannya beliau tidak lahir dari keluarga kaya raya. Di awal masa kuliahnya Pak Atus harus rela bangun pagi dan berjualan koran sebelum menjalani perkuliahan. Tak hanya berjualan koran, Pak Atus juga memiliki perkerjaan sampingan di sebuah usaha pengelolaan madu. Bukan tanpa rasa malu Pak Atus menjalani awal perkuliahannya, akan tetapi Pak Atus mampu menyikapi hal – hal tersebut dengan positif. Pekerjaan sampingan tidak membuat Pak Atus kehabisan waktu untuk perkuliahannya. Sebaliknya Pak Atus justru termotivasi untuk berprestasi.

Mahasiswa bisa mendapat banyak uang tanpa harus bekerja dan berwirausaha, namun lewat beasiswa. Bicara soal beasiswa, tak bisa dipungkiri bahwasannya IPK menjadi salah satu syarat penting untuk mendapat beasiswa. “Semakin tinggi standar IPK yang disyaratkan, semakin tinggi pula nilai nominal dari beasiswa” ungkap Pak Atus. Dengan modal awal berupa prestasi yang terwujud dalam IPK yang tinggi, Pak Atus mulai menjelajahi jagad beasiswa. Tidak cukup satu beasiswa saja, Pak Atus selalu tertantang untuk mendapat tingkatan beasiswa yang lebih besar dari yang beliau dapatkan sebelumnya. Selain IPK, rekam jejak seorang mahasiswa juga menjadi pertimbangan penting untuk mendapat beasiswa. Seperti halnya IPK, semakin banyak dan tinggi tingkatan rekam jejak, semakin besar pula kesempatan untuk mendapat beasiswa. Berbicara soal beasiswa luar negeri, kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris sangatlah penting.

Tak hanya uang dan pendidikan yang bisa kita dapatkan dari beasiswa luar negeri. Sudah barang tentu beasiswa luar negeri memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar negeri sendiri, akan tetapi masih ada keuntungan lain dari mendapat beasiswa antara lain networking yang tidak hanya bersifat nasional, tetapi bersifat internasional. Networking yang bersifat internasional ini membuat kita kaya akan bahasa dan budaya, tak hanya bahasa dan budaya dari Ibu Pertiwi saja. Sebagai penutup, Pak Atus berpesan kepada para mahasiswa untuk memperkaya rekam jejak menurut kesenangan masing – masing. Tak sekedar memperkaya rekam jejak, Pak Atus juga berpesan untuk membuat rekam jejak terbaik bagi para mahasiswa. Untuk mencari uang, bekerja dan berwirausaha bukan jalan satu – satunya bagi para mahasiswa. Dengan bermodal prestasi baik akademik maupun non akademik dalam bentuk rekam jejak dan softskill, mahasiswa bisa mendapat uang dari beasiswa.

Keterbatasan waktu dan adanya tanggung jawab menjadi co-ass praktikum Dasar – Dasar Perlindungan dan Kesehatan Hutan membuat saya tidak bisa mengikuti seminar ini sampai selesai. Dari ketiga sesi yang saya ikuti, saya menyimpulkan bahwa untuk menjadi mahasiswa “diatas rata – rata” kita harus terus berinovasi serta mengasah pola berpikir dan softskill dengan membuat rekam jejak yang “luar biasa”. Selain itu jangan pernah merasa puas dengan pestasi yang ada, bukan berarti kita tidak mensyukuri, akan tetapi kita harus mewujudkan rasa bersyukur kita dengan terus meningkatkan prestasi.

PERBEDAAN DAUN MAJEMUK DAN DAUN BERKARANG

Thursday, October 6th, 2016

Tugas Fitogeografi

dosen: Bapak Atus Syahbudin


DAUN MAJEMUK

Daun majemuk atau sering disebut dengan Folium Compositum memiliki tangkai bercabang-cabang. Pada cabang tangkai inilah helaian daun menempel. Pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Contoh tumbuhan berdaun majemuk adalah Falcataria moluccana.

dsc06051-08

gambar daun Falcataria moluccana.(sumber: google)

DAUN BERKARANG

Daun Berkarang atau sering disebut Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum memiliki lebih dari dua helai daun pada tiap buku-buku batangnya. Contoh tumbuhan dengan daun berkarang adalah Alstonia scholaris., Allamanda cathartica, Nerium oleander.

alstonia-scholaris

gambar daun Alstonia scholaris. (sumber: google)

 

 

PERBEDAAN DAUN BERGIGI DAN BERGERIGI

Thursday, October 6th, 2016

Tugas Fitogeografi

dosen: Bapak Atus Syahbudin


Daun bergigi (dentatus)

Daun bergigi atau bisa disebut dengan dentatus merupakan daun dengan tepi menyerupai sinus yang tumpul tetapi angulus-nya lancip. Angulus merupakan puncak dari tepian daun, sedangkan sinus merupakan bagian lembahan pada daun. Contoh tumbuhan yang memiliki daun dengan tepi daun bergigi adalah Pluchea indica Less.

dsc00327-09

gambar daun Pluchea indica Less. (sumber:google)

Daun Bergerigi (serratus)

Daun bergerigi atau bisa disebut dengan serratus merupakan daun yang memiliki bentuk baik sinus ataupun angulus-nya sama-sama lancip. Oleh karena itu, pada daun bergerigi bentuk tepian daun serta keruncingannya terlihat seragam. Menurut besar kecilnya sinus dan angulus-nya daun bergerigi dapat dibagi menjadi daun bergerigi kasar dan daun bergerigi halus. Contoh tumbuhan yang memiliki daun dengan tepi daun bergerigi adalah Lantana camara L.

lantana-camara

Gambar daun Lantana camara L. (sumber: google)


  

PERBANDINGAN MORFOLOGI ANTAR GENUS ZINGIBERACEAE

Wednesday, April 20th, 2016

Tugas Herba dan Perdu Hutan

Dosen Bapak Atus Syahbudin

ALPINIA (LENGKUAS)

  • Daunnya terletak di bagian pangkal batang, bentuk daun bagian bawah berbeda dengan bentuk daun bagian atas.
  • Daun yang terletak di bagian pangkal batang, hanya berupa pelepah tanpa helai daun.
  • Daun yang terletak di atas pangkal batang sudah mempunyai pelepah dan helai daun.
  • Tanaman ini mampu tumbuh setinggi kurang lebih 2 meter.
  • Memiliki akar rimpang yang berwarna putih dan harum
  • Memiliki bunga yang tumbuh dari ujung batang dan memiliki duduk bunga tandan.
  • Bunga berwarna putih dan berjumlah banyak.
  • Memiliki buah dengan bentuk bola dan memiliki daging buah.
  • Mampu tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Selain itu bisa tumbuh baik pula di daerah dataran rendah dan sangat menyukai daerah yang terlindung dan juga mendapat sinar matahari yang cukup

AMOMUM (KAPULAGA)

  • Memiliki daun berseling, berbentuk lanset, berwarna hijau mengkilap, dengan banyak bintik
  • Mampu tumbuh tegak setinggi 1,5 sampai 2m , bentuk batang bulat gilig dengan diameter hingga 2,5cm, warna batang hijau gelap.
  • Memiliki akar rimpang dengan daging rimpang berwarna putih kekuningan.
  • Memiliki duduk daun tandan, tumbuh dari rimpang, dan ditutupi oleh sisik-sisik.
  • Buah berbentuk bulat, memiliki bulu dan berwarna kuning kelabu, duduk buah ketandan dengan ukuran kecil dan pendek.
  • Biji berlipat-lipat, dengan bau seperti kapur barus, sel kulit ari dan sel minyaknya berukuran agak kecil.
  • Dinding buah tipis, sel-sel lapisan dalam berbentuk persegi empat, dalam parenchym, Calcium oksalat, dalam bentuk jarum berbalur, berbulu dan berbau wangi.

ELETTARIA (KAPULAGA SEBERANG)

  • Memiliki daun berbentuk lonjong, ujungnya beberntuk runcing dengan panjang kurang lebih 30 cm dan lebar 10 cm.
  • Mampu tumbuh setinggi 2 sampai 3 meter, dengan batang basah dan pelepah daun membalut batangnya.
  • Memiliki umbi akar.
  • Duduk bunga tandan dan tumbuh dari rimpangnya.
  • Duduk buah tandan dan berbentuk bulat kecil, berwarna kuning kelabu dan sebagian memiliki bulu.
  • Pada permukaan buah terdapat 3 alur membujur yang membagi buah menjadi 3 bagian.
  • Bentuk biji bulat telur memanjang, diselubungi oleh selaput tipis berwarna coklat muda dan sebagian selaput biji tidak berwarna.

ETLINGERA (KECOMBRANG)

  • Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling
  • Helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung,
  • Tepi bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.
  • Batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya
  • Tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah
  • Tinggi mencapai 5 meter.
  • Akar rimpangnya tebal, berwarna krem dan berwarna kemerah-jambuan ketika masih muda.
  • Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang 0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7 cm
  • Merah jambu hingga merah terang,berdaging, melengkung membalik jika mekar
  • Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm; masing-masing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak.
  • Berbiji banyak, coklat kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau kemerahan yang berasa masam.
  • Tubuhnya berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan. Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas

RIEDELIA

  • Berdaun banyak
  • Daun tunggal, berbentuk (bulat telur) memanjang.
  • Ujung dan pangkal daun runcing.
  • Pertulangan daun menyirip dan daunnya berwarna hijau pucat.
  • Umumnya pendek
  • Tinggi bisa mencapai  3 m
  • Umumnya berwarna orange, ada juga pink-kebiruan dan setelah tua berwarna cokelat.
  • Bertangkai pendek, satu dalam tangkai utama, tidak berpasangan.
  • Berbentuk kapsul yg memanjang.
  • Biji hampir sepenuhnya tertutup kulit biji.
  • Kegunaan sebagai tanaman hias.

BOESENBERGIA (TEMU KUNCI)

  • Hanya 4 – 5 lembar, hijau, panjang 30 cm
  • Tangkai daun beralur, panjang tangkai 30 cm.
  • Helai daun tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus.
  • Hanya 4 – 5 lembar, hijau, panjang 30 cm
  • Tangkai daun beralur, panjang tangkai 30 cm.
  • Helai daun tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus.
  • Berumbi, kuning muda, sebesar buah rambutan, bercabang banyak.
  • Rimpangnya berbentuk akar tunggang namun bercabang pada bagian samping dengan pertumbuhan akar yang menjulur kebawah
  • Susunan bulir di ketiak daun
  • 3 – 5 buah, putih, kadang-kadang merah muda, dengan labellum berbentuk kantong
  • Tanaman herbal temu kunci ini berbeda dengan tanaman herbal temu-temuan yang lain, sebab tumbuhnya vertikal kebawah.

CURCUMA (KUNYIT,TEMU LAWAK)

  • Daun tunggal, berbentuk lanset (bulat telur) memanjang.
  • memiliki julah helai daun tiga sampai delapan
  • Ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm
  • Pertulangan daun menyirip dan daunnya berwarna hijau pucat
  • Batang basah atau tak berbatang
  • Tinggi tanaman bisa mencapai 1 m
  • Umbi berwarna kuning tua.
  • Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda
  • Berwarna pucat, kuning pada pangkalnya, serta daun pelindungnya berwarna putih.
  • Bunga majemuk dengan panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm
  • Berwarna orange
  • Pusatnya lebih pucat
  • Kulitnya berwarna coklat
  • Aroma dan warna khas dari rimpang adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan

KAEMPFERIA (KENCUR)

  • Daun melebar dan hampir rata dengan tanah.
  • Pelapah daun berdaging
  • Batang lunak tidak berkayu
  • Batang semu yang sangat pendek terbentuk dari pelepah pelepah daun
  • Rimpang bercabang banyak dan terletak diatas tanah.
  • Akarnya sering terdapat umbi yang berada di dalam tanah warnanya putih kekuningan dan tengahnya berwarna putih dan berbau harum
  • Jumlah mahkota bunga sekitar 4 -10
  • Memiliki warna putih seperti lembayung
  • Daging buah berwarna putih
  • Kulit luar berwarna coklat
  • Buah kotak beruang 3 dan bakal buah terletak tenggelam
  • Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri

ZINGIBER (JAHE)

  • Daun berwarna hijau, berbentuk lonjong lancip, tulang daun sejajar ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, permukaan halus dan licin
  • Memiliki batang berwarna hijau, tidak berkayu dan berair
  • Batang semu yang tegak lurus, berbentuk bulat dengan bulu – bulu halus.
  • Akar serabut, tumbuh pada rimpang
  • Bungai malai berbentuk bulat telur
  • Mahkota bunga berbentuk tabung, berwarna hijau kekuningan.
  • Termasuk bunga sempurna
  • Rimpang jahe mengandung minyak atsiri.

GLOBBA

  • Memiliki daun berbentuk lonjong dengan ujung runcing dengan permukaan yang halus
  • Batang berukuran kecil, tinggi kurang dari 1m
  • Perbungaan terletak di terminal

COSTUS

  • Daunnya sederhana dan spiralis dengan pangkal daun tumpul dan ditutupi oleh selubung
  • Batang tegak dan besar, mengandung cairan asam
  • Setiap bunga disokong oleh tangkai yang besar
  • Buah berbentuk kapsul

Perbandingan Morfologi dan Manfaat Bambu Tali (Asparagus Cochinchinensis) dan Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea)

Friday, April 1st, 2016

Tugas Herba dan Perdu Hutan

Dosen: Bapak Atus Syahbudin

Pada tugas kali ini, saya mencoba membandingkan 2 jenis bambu baik dari morfologi maupun dari kemanfaatannya. Kedua jenis bambu yang akan saya bandingkan adalah bambu tali ( ) dan Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea).

Jenis bambu yang pertama yaitu Bambu Tali (Asparagus cochinchinensis). Untuk morfologi dari bambu tali, pada umumnya mempunyai ukuran diameter sebesar 3-7 cm. Dalam hal ini, kesuburan tanah mempunyai pengaruh penting terhadap besar atau kecilnya diameter bambu. Bambu tali merupakan jenis bambu berwarna hijau tua dan kurang mengkilap. Untuk ketinggian/panjangnya pun bervariasi yakni antara sekitar  4 -12 meter. Bambu tali pada umumnys dapat tumbuh subur di tepi sungai.

Bambu Tali

Sumber gambar: http://flowers3.la.coocan.jp/Asparagaceae/Asparagus%20cochinchinensis.htm

Jenis bambu ini disebut bambu tali karena bambu ini bisa dimanfaatkan sebagai alat pengikat, sebagai contoh untuk mengikat bungkus tempe, yang pada umumnya tempe tradisional dibungkus dengan daun pisang atau daun jati kemudian diikat menggunakan tali yang terbuat dari bambu tali yang masih muda. Selain untuk tali, bambu wulung juga memiliki manfaat lain yaitu:

  • sebagai senjata tradisional. Bambu tali dapat dibuat senjata, misalnya dibuat bambu runcing
  • tiang bendera
  • alat/tempat menjemur pakaian
  • bahan bangunan, misalnya dibuat sebagai rangka atap rumah, alat bantu/tangga ketika para tukang bangunan membuat rumah yakni sebagai tempat berpijak ketika dalam ketinggian tertentu
  • sebagai bahan pembuat jembatan bambu/powotan
  • alat komunikasi tradisional (misalnya dibuat kentongan)
  • bahan pembuat peralatan dapur (misalnya dibuat tampah, ceting, besek/piti, kipas nasi/ilir, centong, dan sebagainya)
  • bahan pembuat kandang ternak
  • alat pemikul/mbatan
  • sebagai kayu bakar
  • membuat pagar jalan/pekarangan
  • sebagai tempat merambatnya tanaman (misalnya sebagai tempat rambatan kacang panjang, mentimun, kecipir, dan lain-lain).

Jenis Bambu yang kedua yaitu Bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea). Bambu Wulung merupakan bambu yang warna kulitnya wulung/hitam/hijau kehitaman/ungu tua dan ada garis berwarna kuning di sepanjang batang maupun rantingnya. Diameter bambu wulung mayoritas antara 5-12 cm dengan panjang/tinggi antara 7-18 meter.

Bambu Wulung

Sumber gambar: http://www.bambubos.com/index.php?page=p002

Tunas bambu wulung atau yang masih muda atau baru muncul mempunyai ketinggian sekitar maksimal 20 cm dari permukaan tanah, dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Rebung dapat dimasak dengan resep tongseng/tumis/oseng-oseng maupun dimasak dengan dicampur air santan kelapa. Manfaat lain dari bambu wulung antara lain:

  • membuat bambu runcing
  • sebagai bahan bangunan misalnya untuk membuat rangka atap
  • tiang bendera
  • kerajinan seperti hiasan dinding yang berupa potongan bambu yang diukir menjadi gambar pemandangan alam, hewan, dan sebagainya
  • pagar
  • tiang antena televisi
  • membuat kursi dan meja bambu
  • alat kesenian seperti kentongan dan angklung/calung
  • anyaman.

Sumber artikel: http://www.ilmupengetahuanalam.com/2015/08/ciri-khusus-6-jenis-bambu-dan-fungsinya.html

Model Arsitektur Pohon Koriba dalam Kaitannya Dengan Hujan

Friday, March 25th, 2016

Tugas Mata Kuliah Arsitektur Phon Pertemuan VI
Dosen: Bapak Atus Syahbudin

Pohon memiliki arti penting bagi konservasi tanah dan air. Bentuk morfologi pohon seperti bentuk tajuk, percabangan, dan tekstur kulit batang berperan mengurangi energi kinetik dan energi potensial air hujan. Bila air hujan tidak di intersepsi bagian morfologi pohon, tetesan air hujan itu dapat merusak komponen tanah (Suripin 2002). Kerusakan berupa penutupan pori-pori tanah. Akibatnya, kemampuan tanah menyerap air berkurang. Masalah ini memicu air limpasan yang menyebabkan erosi. Peristiwa selanjutnya dimana air membawa komponen tanah hanyut bersama dengan air limpasan (Suprayogo et al. 2007).

Menurut hasil pengukuran curahan tajuk yang dilakukan oleh Heru Joko Budianto (2011) sebanyak 30 kali turunnya hujan, jenis P. pinnata Forster dengan model asitektur Koriba memiliki nilai curahan tajuk sebesar 747.87 mm atau sebesar 87.19 %. Nilai curahan tajuk ini dipengaruhi oleh model arsitektur pohon Koriba yang notabene memiliki bentuk percabangan condong ke atas (orthotropik) sehingga memungkinkan air hujan untuk mengalir melewati percabangan setelah penjenuhan tajuk yang selanjutnya mengalir ke permukaan batang. Peristiwa tersebut menyebabkan translokasi air hujan menjadi aliran batang lebih besar daripada curahan tajuk. Selain itu, tutupan tajuk yang lebih rapat menyebabkan air hujan lolos ke permukaan tanah menjadi sedikit. Akibatnya, nilai curahan tajuknya juga menjadi kecil. Faktor lain yang mempengaruhi nilai curahan tajuk yaitu permukaan daun K. pinnatum Merr memiliki permukaan daun yang licin dan kecil sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk penjenuhan tajuk.
Aliran batang merupakan bagian hujan terintersepsi, berkumpul dan mengalir ke permukaan tanah melalui batang. Hasil pengamatan selama 30 kali kejadian hujan menunjukkan bahwa model arsitektur pohon Koriba jenis P. pinnata Forster memiliki nilai aliran batang sebesar 5.53 mm (0.64 % dari curah hujan) dengan rata-rata 0.18 mm. Tingginya nilai aliran batang pada model arsitektur pohon Koriba disebabkan oleh pola percabangan pohonnya. Pola percabangan yang condong ke atas, memungkinkan air hujan yang tertahan oleh tajuk akan langsung mengalir ke cabang dan diteruskan ke batang. Tajuk model arsitektur pohon Koriba jenis P. pinnata Forster luasan penutupannya cukup besar. Oleh karena, air yang tertampung di tajuk pohon terus mengalir sampai ke batang juga tinggi. Perbedaan nilai aliran batang juga dipengaruhi oleh besarnya diameter batang. Artinya semakin besar diameter batang maka aliran batangnya juga makin tinggi.

Hasil pengukuran selama 30 kali kejadian hujan, diperoleh hasil bahwa model arsitektur pohon Koriba jenis P. pinnata Forster, mempunyai total laju infiltrasi 0.41 ml/cm2/menit dengan kisaran 0.004 – 0.024 ml/cm2/menit. Curah hujan tinggi menyebabkan penurunan laju infiltrasi ke dalam tanah. Faktor penjenuhan tanah merupakan sebab turunnya laju infiltrasi. Model arsitektur pohon di mana lebih cepat aspek penjenuhan tanahnya mengakibatkan kecepatan laju infiltrasi tanahnya lebih rendah. Laju infiltrasi disebabkan sifat-sifat tanah yang berada di bawah tegakan masing-masing model arsitektur pohon. Tanah yang berada di bawah tegakan model arsitektur pohon Koriba mempunyai kandungan pasir rendah dan liat yang tinggi. Sifat tanah pasir yang tinggi lebih cepat meresapkan air dibandingkan sifat liat. Oleh karena itu, sifat tanah pasir kurang dapat menahan partikel air lebih banyak dibandingkan sifat tanah liat yang lebih besar mengikat partikel air.

Model arsitektur pohon Koriba jenis P. pinnata Forster lebih banyak menyimpan air di dalam tanah. Kondisi ini diakibatkan karena tanah yang berada di bawah tegakan P. pinnata Forster lebih tinggi dan mampu menyimpan air lebih banyak. Kemampuan ini didukung oleh sifat tanah yang berada di bawah tegakan P. pinnata Forster. Selain itu, tutupan tajuk pohon P. pinnata Forster lebih rapat sehingga penguapan yang terjadi dari permukaan tanah lebih rendah. Tutupan tajuk rapat menyebabkan suhu rendah dan kelembaban tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan laju transpirasi lebih rendah, sehingga kadar air batang juga rendah. Faktor laju transpirasi rendah berdampak pada kurangnya serapan air pada batang, sehingga air lebih banyak tersimpan dalam tanah dibanding pada batang. Simpanan air dalam tanah sangat penting bagi pohon P. Pinnata Forster saat transpirasi menjadi lebih tinggi. Keadaan tersebut sangat memungkinkan karena permukaan daun P. pinnata Forster lebih besar yang dapat menyebabkan banyak kehilangan air. Penyimpanan air dalam tanah lebih tinggi merupakan strategi P. pinnata Forster untuk menghadapi cekaman kekeringan saat laju transpirasi lebih tinggi terutama saat musim kemarau. Oleh karena itu, hubungan antara kadar air batang dan kadar air tanah lebih dekat.

Hello world!

Friday, March 18th, 2016

Welcome to Wadah Aspirasi, Kreasi dan Catatan Harian Aktivitas Mahasiswa UGM. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!